Solo Dance Festival 2009 " Mask and Body "
A. Latar belakangManusia di zaman prasejarah dan zaman klasik memperlakukan topeng sebagai media penghubung jagad kecil (microcosmos) dan jagad besar (macrocosmos), yang berfungsi dalam kehidupan ritual dan religisositas mereka. Hampir semua etnis di penjuru dunia – Indian, India, Cina, Jepang, Aborigin, dan lain-lain, termasuk negeri nusantara ini mempunyai tradisi topeng dan kesejarahannya bagaimana tradisi topeng berinteraksi dengan masyarakatnya.
Misalnya, tradisi topeng panji terdapat di daerah Malang, Bali, Indramayu, dan Cirebon serta ragam topeng daerah-daerah nusantara lainnya. Dengan kata lain, tradisi topeng merupakan. heritage planet bumi ini.
Topeng juga menggambarkan emosi dan bahasa tubuh universal, seperti rasa marah, cinta, benci, takut, susah dan lain-lain. Di sini topeng menjadi jembatan ragam kebudayaan dunia untuk saling berinteraksi.
Namun orang-orang modern masih memperlakukan topeng sebagai media kepura-puraan kosmetik dan cenderung berkonotasi negatif. Dalam Solo Dance Festival (SDF) ke-5 ini yang bertema the mask and the body ( topeng dan tubuh) adalah bagaimana penari menyikapi dan memperlakukan topeng dari dunia kepenariannya.
Pengalaman-pengalaman inner person dan the outer phenomenal word apa yang terjadi pada tubuh penari ketika bergerak memakai topeng dalam melahirkan karya-karya tarinya.Solo Dance Festival adalah festival penari tunggal yang diadakan sejak 2001 oleh Mataya arts&heritage, dimana para penari mengekspresikan karyanya untuk mengetahui bagaimana biografi tubuhnya terpengaruh oleh komunikasi intra-/interkultural di era globalisasi.
Pada SDF 2009 ini diadakan di Taman Balekambang, Solo, yang merupakan kawasan heritage Kota Solo pada 4 – 5 Agustus 2009. Tidak hanya pementasan juga diadakan agenda workshop tari untuk anak-anak dan remaja pada tanggal 4 Agustus 2009. Pengarah workshop tari untuk anak-anak adalah Aerli Rasinah dan untuk remaja, Didik Nini Thowok.
Workshop ini penting dilakukan sebagai usaha pelestarian seni tradisi (intangible heritage) kepada kaum muda dan untuk mengetahui bagaimana perspektif mereka. Program ini bertujuan untuk meningkatkan interaksi kreativitas penari-koreografer Indonesia dan memahami kembali bagaimana karya-karya tari topeng lahir di masa kini.
B. Waktu & Tempat
· 4 Agustus 2009, pk. 15.00 – 17.00Pengalaman-pengalaman inner person dan the outer phenomenal word apa yang terjadi pada tubuh penari ketika bergerak memakai topeng dalam melahirkan karya-karya tarinya.Solo Dance Festival adalah festival penari tunggal yang diadakan sejak 2001 oleh Mataya arts&heritage, dimana para penari mengekspresikan karyanya untuk mengetahui bagaimana biografi tubuhnya terpengaruh oleh komunikasi intra-/interkultural di era globalisasi.
Pada SDF 2009 ini diadakan di Taman Balekambang, Solo, yang merupakan kawasan heritage Kota Solo pada 4 – 5 Agustus 2009. Tidak hanya pementasan juga diadakan agenda workshop tari untuk anak-anak dan remaja pada tanggal 4 Agustus 2009. Pengarah workshop tari untuk anak-anak adalah Aerli Rasinah dan untuk remaja, Didik Nini Thowok.
Workshop ini penting dilakukan sebagai usaha pelestarian seni tradisi (intangible heritage) kepada kaum muda dan untuk mengetahui bagaimana perspektif mereka. Program ini bertujuan untuk meningkatkan interaksi kreativitas penari-koreografer Indonesia dan memahami kembali bagaimana karya-karya tari topeng lahir di masa kini.
B. Waktu & Tempat
ü Workshop tari untuk anak-anak oleh Aerly Rasinah
ü Workshop tari remaja oleh Didik Nini Thowok
· 5 Agustus 2009, pk. 19.00 – 21.00 wibPenampil : Didik Nini Thowok (Jogjakarta), I Made Sidia (Bali), Aerli Rasinah (Indramayu), Bambang Besur Suryono (Solo)
Venue Taman Balekambang, Jl. Adisucipto, Solo
Telp : (0271)3020255
Email: infomataya@yahoo.com, udandawet@gmail.com
0 komentar:
Posting Komentar