Kalau Pemerintah Kota (Pemkot) Solo berencana menggelar kirab batik dengan melibatkan 10.000-an orang berpakaian batik dari Stadion Sriwedari menuju Balaikota,untuk menyambut pengukuhan batik sebagai karya asli Indonesia warisan budaya dunia, maka lain lagi yang dilakukan sekelompok orang ini.
Diprakarsai oleh Mayor Haristanto dari Republik Aeng-Aeng, mereka membalut kereta api (KA) feeder jurusan Stasiun Purwosari-Wonogiri dengan kain batik. Belasan potong kain batik dibalutkan di sisi kiri, kanan, hingga ke atap bagian luar salah satu gerbong kereta pengumpan tersebut. Sementara di gerbong yang satu lagi dipasang spanduk dengan tulisan utama Batik the Heritage of Indonesia dan tulisan pendukung Pengukuhan Batik Sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO.
Ya, betul. Pemasangan kain batik dan spanduk itu merupakan salah satu cara yang dilakukan sekelompok masyarakat itu untuk mengekspresikan rasa senang dan bangga mereka terhadap pengukuhan batik sebagai warisan dunia.
Pemrakarsa acara, Mayor Haristanto, dalam keterangan pers yang diterima Espos di sela-sela pemasangan kain batik pada KA <I>feeder<I> di Stasiun Purwosari, kemarin mengungkapkan, pemasangan batik pada KA jurusan Solo-Wonogiri itu akan dilakukan selama dua hari.
“Kegiatan ini dilakukan sekaligus untuk memenuhi imbauan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono agar seluruh warga negara Indonesia mengenakan batik pada 2 Oktober. Penambahan satu hari tanggal 3 Oktober untuk ikut menyemarakkan penyelenggaraan kirab batik yang digelar Pemkot dari Stadion Sriwedari menuju Balaikota,” jelas Mayor.
Di sisi lain, meski sempat terlambat dari jadwal keberangkatan karena harus menunggu selesainya pemasangan kain batik itu, Pengawas Operasi PT KA Daerah Operasi (Daops) VI Yogyakarta, Wahyuono Yuli P mengatakan, hal itu tidak mengganggu perjalanan penumpang kereta itu.
“Ya memang mengakibatkan keterlambatan. Kereta yang datang dari Jakarta juga kebetulan belakangan sering terlambat. Jadi tidak masalah, karena kebanyakan para penumpang dari Jakarta itulah yang jadi penumpang feeder,” ujar Wahyuono.
Salah satu penumpang KA feeder, Bambang, saat ditemui mengakui memang tidak merasa terganggu dengan keterlambatan jadwal keberangkatan itu. Dia memaklumi alasan keterlambatan
itu karena untuk memasang batik. Dia justru mengaku senang dengan adanya kegiatan itu.
“Saya senang dan bangga melihat kepedulian orang-orang itu. Sampai rela bersusah payah membalut gerbong kereta api dengan kain batik,” ujar dia.
0 komentar:
Posting Komentar