Ngarsopuro merupakan suatu kawasan di depan Pura Mangkunegaran, yang dahulu berjajar toko-toko elektronik kurang tertata serta terdapat pasar antik Triwindu . Kawasan ini sejak tahun 2009 telah di sulap menjadi suatu tempat yang sangat indah dan menarik untuk dikunjungi.Dengan ditatanya toko-toko dan direhabnya pasar antik Triwindu dengan bangunan etnik yang sekarang berubah nama menjadi pasar antik Windujenar.
Di sebelah kiri kanan JL Diponegoro di kawasan Ngarsopuro tersebut tampak sangat nikmat untuk pejalan kaki tempat bercengkrama karen di trotoar tersebut dipasang paving ,tempat duduk dan berbagai patung serta lukisan menghiasi area tersebut.
Pada setiap malam libur area tersebut menjadi semakin semarak dan menarik untuk dikunjungi karena terdapat night market yang menjual berbagai barang souvenir khas Kota Solo.Di sebelah kiri kanan JL Diponegoro di kawasan Ngarsopuro tersebut tampak sangat nikmat untuk pejalan kaki tempat bercengkrama karen di trotoar tersebut dipasang paving ,tempat duduk dan berbagai patung serta lukisan menghiasi area tersebut.
Soft launcing Ngarsopuro night market dilakukan pada Hari Selasa, 16 Februari 2009 di Jalan Diponegoro . Dimana mulai jam 17.00-22.00 jalan tersebut akan ditutup. Ngarsopuro Night Market berkonsep seperti Galabo ( Gladak Langen Bogan) tetapi barang yang dijual bukan makanan tetapi non makanan seperti handycraft, Souvernir, Garmen, Makanan kering hasil produksi dari UKM ( Usaha Kecil Menengah).
Fasilitas yang disediakan antara lain tenda, meja dan seragam. Untuk tenda mampu menampung 4 pedagang, sedangkan Night Market Ngarsoporo mampu menampung maksimal 86 tenda, sehingga pedagang yang mampu ditampung sebanyak 344 pedagang. Proses seleksi para pedagang yang ingin berdagang dipasar tersebut haruslah ber KTP Solo.Kedatangan pengunjung yang mengunjungi Ngarsopuro di hari Sabtu semakin meningkat. Liburan akhir pekan, kebutuhan untuk belanja, serta keinginan untuk mencari hiburan menjadi alasan utama para pengujung yang mendatangi Ngarsopuro.
Fasilitas yang disediakan antara lain tenda, meja dan seragam. Untuk tenda mampu menampung 4 pedagang, sedangkan Night Market Ngarsoporo mampu menampung maksimal 86 tenda, sehingga pedagang yang mampu ditampung sebanyak 344 pedagang. Proses seleksi para pedagang yang ingin berdagang dipasar tersebut haruslah ber KTP Solo.Kedatangan pengunjung yang mengunjungi Ngarsopuro di hari Sabtu semakin meningkat. Liburan akhir pekan, kebutuhan untuk belanja, serta keinginan untuk mencari hiburan menjadi alasan utama para pengujung yang mendatangi Ngarsopuro.
Sejak 1 tahun berdiri, Ngasopuro yang dikenal dengan Night Marketnya dan Pasar Windujenar ini semakin lama semakin menunjukkan eksistensinya. Hal itu terbukti dengan semakin meningkatnya jumlah pengunjung yang datang pada malam minggu.
Night Market Ngarsopuro sekarang ini menjadi rujukan wisata baru bagi masyarakat kota Solo, maupun masyarakat sekitar yang mampir di kota Solo. Jika kita melihat area parkir mobil kita bisa menemukan mobil-mobil dari luar kota Solo.
Diharapkan kehadiran Night Market Ngarsopuro ini semakin memajukan wisata kota Solo serta juga mampu menjadi lahan ekonomi baru bagi masyarakat Solo yang ingin mencoba peruntungan dengan berjualan di Ngarsopuro.
Walikota Solo, Joko Widodo (Jokowi), mengatakan pemilihan nama Ngarsopuro Night Market menggunakan Bahasa Inggris dimaksud agar pasar baru itu bisa mengglobal atau go international.Kepada wartawan, Walikota mengatakan dengan penggunaan nama asing itu bukan berarti dirinya tak konsisten mengedepankan budaya Jawa untuk mewujudkan Solo masa depan.Seperti diketahui, tahun lalu, Pemkot menggulirkan kebijakan soal penggunaan aksara Jawa untuk identitas perkantoran baik instansi pemerintah, swasta, pusat belanja, mal, hotel dan bangunan lainnya.
Dia mengatakan meskipun menggunakan istilah asing tetapi tampilan tempat-tempat itu maupun produk-produk yang ditawarkan masih kental dengan karakter lokal. ”Inilah upaya menjadikan tempat itu go international. Lagipula itu kan hanya sebutan tempatnya. Misalnya, Night Market. Di New York dan Jepang, juga ada Night Market. Itu istilah yang universal. Yang penting nama Ngarsopuro-nya kan tidak hilang. Itulah karakter lokal yang membedakan dengan Night Market di negara lain,” kata dia.
Ke depan, Pemkot berencana mengubah koridor Jl Gatot Subroto kawasan penjualan produk kreatif yang setara dengan Malioboro di Yogyakarta. Sebutan yang disiapkan adalah walking street. Sekitar 3.000 pedagang diperkirakan dapat ditampung.
0 komentar:
Posting Komentar