Satu lagi pagelaran yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Solo, Festival Tirtonadi 2011.Festival yang semula yang rencananya digelar di sebuah ‘pulau kecil’ Sungai Kalianyar,(19/3), akhirnya harus berpindah tempat menyusul hujan deras mengguyur Kota Solo.Sebuah pagelaran seni budaya berupa tari,seni lukis dan seni instalasi bertema air.Dalam Festival Tirtonadi 2011 ditampilkan seni kolaborasi berjudul Jarik (Kain Batik Khas Solo).
“Rencananya tadinya kami mau menyelenggarakannya di bawah sana (Sungai Kalianyar). Di sana kan ada pulau kecilnya, tapi berhubung hujan ya pindah ke taman tirtonadi,” tutur sutradara seni kolaborasi ‘Jarik’, Djarot Budi Darsono.
Hujan yang deras menyebabkan debit air di Sungai Kalianyar meninggi. Meski tampak di sana sebuah layar dibentangkan di atas dataran kecil sungai tersebut, namun terobosan seni akhirnya urung dilaksanakan mengingat kondisi yang tak memungkinkan.
Meskipun akhirnya berpindah tempat, antusiasme warga Solo terutama penduduk sekitar terminal Tirtonadi tetap tinggi. Ratusan warga tetap memadati taman tersebut meski hujan rintik-rintik terus membasahi hingga pagelaran selesai.
“Rencananya tadinya kami mau menyelenggarakannya di bawah sana (Sungai Kalianyar). Di sana kan ada pulau kecilnya, tapi berhubung hujan ya pindah ke taman tirtonadi,” tutur sutradara seni kolaborasi ‘Jarik’, Djarot Budi Darsono.
Hujan yang deras menyebabkan debit air di Sungai Kalianyar meninggi. Meski tampak di sana sebuah layar dibentangkan di atas dataran kecil sungai tersebut, namun terobosan seni akhirnya urung dilaksanakan mengingat kondisi yang tak memungkinkan.
Meskipun akhirnya berpindah tempat, antusiasme warga Solo terutama penduduk sekitar terminal Tirtonadi tetap tinggi. Ratusan warga tetap memadati taman tersebut meski hujan rintik-rintik terus membasahi hingga pagelaran selesai.
“Pesan dari seni kolaborasi ini adalah bagaimana kita mencari identitas kita karena identitas itu penting. Ketika kita kehilangan identitas, kita kehilangan akal dan banyak hal,” papar sutradarai ‘Jarik’, Djarot Budi Darsono.
Identitas dalam pagelaran tersebut disimbolisasikan dengan jarik. Alasan Djarot dalam memilih lambang tersebut karena jarik memiliki history yang berharga mengingat kisah perjalanannya dari tahun ke tahun dan telah menjelma menjadi salah satu identitas Bangsa Indonesia terutama warga Solo.
Dalam pagelaran kali ini, Djarot menampilkan 200 seniman termasuk tabuhan pengiring dari kelompok karawitan Sawo Jajar. Ia menyebut pagelarannya adalah seni kolaborasi karena para pemainnya memiliki latar belakang atau background dan asal yang berbeda-beda.
Dari 200 seniman tersebut, terdapat diantaranya berasal dari Studio Taksu, Kelompok Black Rider Art Community, Ketoprak Ngapung, dan yang paling mengesankan adalah kelompok masyarakat Minapadi yang merupakan penduduk sekitar Taman Tirtonadi.
0 komentar:
Posting Komentar