SELAMAT DATANG DI KOTA SOLO

BERSIH KOTANYA SANTUN MASYARAKATNYA

Kirab Malam 1 Suro Keraton Kasunanan Surakarta 2010

Rabu, 23 Maret 2011

Menjelang tahun baru biasanya ditandai dengan berbagai kemeriahan, seperti pesta kembang api, keramaian tiupan terompet, maupun berbagai arak-arakan di malam pergantian tahun. Namun lain halnya dengan pergantian tahun baru Jawa. Menurut kalender Jawa Malam 1 Sura merupakan perayaan Tahun Baru. Malam 1 Suro tidak disambut dengan kemeriahan namun dengan berbagai ritual yang bertujuan mengintrospeksi diri.

Malam 1 Suro diadakan oleh Keraton Kasunanan Surakarta dan Pura Kraton Mangkunegaran pada 8 Desember 2010 yang akan berlangsung di kedua tempat tersebut. Malam 1 Suro jatuh mulai terbenam matahari pada hari terakhir bulan terakhir kalender Jawa (30/29 Besar) sampai terbitnya matahari pada hari pertama bulan pertama tahun berikutnya (1 Suro).
Sejarah Kirab 1 Suro
1 suro atau 1 Muharam adalah penanggalan Islam yang di-Jawa-kan oleh Sultan Agung dengan maksud agar Islam lebih meresap di Tanah Jawa. Dalam perayaannya, banyak dilakukan di beberapa kota di Indonesia, salah satunya adalah Solo.
Perayaan Malam 1 Suro Solo berpusat di Kraton dan Pura Mangkunegaran yang berupa prosesi kirab pusaka-pusaka sakral milik Kraton maupun Puro Mangkunegaran. Kirab di Pura Mangkunegaran mulai dilakukan pada jam 7 malam dengan cara berjalan kaki mengelilingi tembok Pura dengan tapa bisu (tidak mengeluarkan suara selama kirab).
Dua pusaka peninggalan Kanjeng Adipati Mangkunegara I atau Pangeran Samber Nyawa dikirab bersama tandu yang berisi beberapa pusaka lain. Upacara ini telah berlangsung selama lebih dari 250 tahun, berawal pada tahun 1633 ketika kerajaan Mataram dipimpin oleh Sultan Agung, salah satu raja Jawa yang paling populer.
Rangkaian acara dalam kegiatan ini antara lain jamasan (pencucian) benda pusaka, kemudian dikirabkan keliling Pura Mangkunegaran. Sedangkan kirab pusaka di Keraton Surakarta baru dimulai pada tengah malam sampai sekitar jam 3 dini hari, dengan rute melalui Alun-Alun Lor, Gladhag, Sangkrah, Pasar Kliwon, Gading, Gemblegan, Nonongan, Jl Slamet Riyadi dan kembali ke kraton melalui Gladhag dan Alun-Alun Lor dengan melalui jalur yang disebut Pradaksina (mengikuti arah jarum jam), dengan selalu menjaga posisi kraton berada di sebelah kanan pusaka yang dikirab. Sebelumnya, dilakukan slametan di dalam Kraton Kasunanan yang diikuti puluhan abdi dhalem kraton.
Dalam kirab pusaka di lingkungan Kraton Kasunanan, sebelumnya didahului oleh empat ekor kerbau bule yang merupakan keturunan Kiai Slamet yang juga merupakan pusaka Keraton Surakarta. Sepanjang jalan yang dilewati kerbau-kerbau ini warga berharap selalu mendapatkan berkah kotoran kerbau yang diyakini membawa berkah. Selama kirab pusaka ini diiringi gamelan dan senantiasa disenandungkan do'a untuk keselamatan negara dan kesejahteraan rakyat.
Pusaka- pusaka yang memiliki daya magis tersebut dibawa oleh para abdi dalem yang berbusana Jawi Jangkep. Kirab yang berada di depan adalah sekelompok Kebo Bule bernama Kyai Slamet sebagai cucuk lampah (yang mengawali rombongan peserta kirab). Di belakangnya disusul para kerabat Keraton maupun abdi dalem Keraton dengan membawa pusaka yang dimiliki Keraton dan beberapa membawa atribut berupa lampu Keraton dan Oncor (obor) dari bambu.Tidak semua kerbau bule milik Kraton dikeluarkan dalam kirab.Rute yang dilewati sekitar 7 km berputar searah jarum jam mengelilingi garis luar kraton. Selama kirab berlangsung, Pakubuwono XIII akan berdoa dengan bersemedi di dalam Keraton.
Ribuan orang di Solo dan sekitarnya akan berdesak-desakan untuk menyaksikan kawanan kerbau bule atau albino milik Kraton Kasunanan Surakarta yang diarak dalam kirab pusaka malam pergantian tahun baru hijriah, namun tidak sedikit pula di antara mereka yang bermaksud ngalap berkah dari pusaka-pusaka tersebut.
Semua orang yang hadir untuk menyaksikan prosesi kirab ini pun terlihat penuh antusias dan wajah keseriusan memperhatikan jalannya prosesi Kirab ini. Karena banyaknya kerabat dan abdi dalem yang ikut prosesi ini pun seolah membuat iring-irangan Kirab tak kunjung habis dan terkesan terlalu lama. Hal ini seperti apa yang diungkapkan salah satu pengunjung, Heri. Pengunjung yang rela datang jauh-jauh dari Surabaya ini mengatakan, “ banyak sekali orang yang ikut prosesi ini, seperti nggak habis-habis dan lama, keadaan juga berjubel, tapi nggak apa-apa mas, yang penting sudah nonton secara langsung Kirab ini”, ujarnya.
Meskipun keadaan penonton atau pengunjung yang telah hadir berjubel dan penuh sesak memadati badan jalan, namun secara keseluruhan prosesi Kirab ini berjalan lancar. Kirab Pusaka Malam 1 Suro merupakan agenda rutin yang diselenggarakan oleh Keraton Kasunanan Surakarta dalam menyambut tahun baru dalam kalender sistem penanggalan Jawa.

0 komentar:

Posting Komentar

Sugeng Rawuh

Sugeng Rawuh

Label Cloud




Statistik


awoencahsolo. Diberdayakan oleh Blogger.