SELAMAT DATANG DI KOTA SOLO

BERSIH KOTANYA SANTUN MASYARAKATNYA

Gemerlap Solo Batik Fashion 2010

Sabtu, 26 Maret 2011

Solo Batik Fashion digelar di Pasar Windudjenar, Ngarsopuro, Solo, Jawa Tengah. Dalam acara ini, berbagai motif dan jenis kebaya dari seluruh Indonesia ditampilkan. Bahkan, tokoh-tokoh wanita yang kerap mengenakan kebaya juga dihadirkan dalam acara tersebut.Kesan gemerlap dan anggun mewarnai gelaran Solo Batik Fashion (SBF). Dalam perhelatan hari pertama tadi malam, para model profesional berlenggak-lenggok membawakan kreasi batik apik besutan sejumlah desainer papan atas Solo.
Solo Batik Fashion (SBF) 2  yang diadakan mulai tanggal 22-24 Juni 2010, itupun dibuka oleh Walikota Solo Ir. Joko Widodo  yang selanjutnya disambung dengan rangkaian acara fashion show oleh Himpunan Ratna Busana, dilanjutkan dengan parade dari masing-masing desainer.
Desainer yang ikut serta di acara SBF 2 antara lain, Tuty kebaya, Joko SSP, Rory Wardana, Irine Bridal, Alan, Joko Widiarto, Irawati Kusumoasri, Djongko Raharjo, Retno Tan, Eko MIM. Batik Danar Hadipun tak ketinggalan dengan mengusung koleksi terbarunya “Jawa Dwipa”, sedangkan batik Semar mengeluarkan 8 rancangan karya desainer Charles Sutanto.
Acara Solo Batik Fashion dikoreografer oleh Yuliansyah melibatkan 10 disigner dan 29 model busana. SBF 2 ini  untuk mengisi kegiatan liburan sekolah, juga ikut melestarikan batik agar lebih dicintai masyarakat.
Menyambut acara tersebut, Walikota Solo Joko Widodo menyatakan SBF menjadi langkah nyata untuk mengangkat batik sebagai ikon Kota Solo selepas Solo Batik Carnival (SBC).
Selain peragaan busana, di pembukaan SBF itu juga dimeriahkan aksi dari Sanggar Tari Suryosoemirat, pertunjukan musik dari Temperente Percussion, serta aksi semi teatrikal dari penari Solo, Irawati Kusumorasri.
Beragam rancangan dan motif batik klasik hingga kontemporer turut mewarnai peragaan busana ini. Perancang busana Eko Sudarmanto atau yang akrab disapa Eko MIM, seperti dikutip Solopos, mendapat giliran pertama untuk memamerkan koleksinya yang bernuansa ceria.
Dengan iringan alat musik lesung dari Seni Lesung Krisna Arum, busana batik hasil karya Eko diperagakan para model cilik di atas panggung glamor dengan nuansa etnik yang kental.
Sementara gaun berkonsep kontemporer yang banyak dipengaruhi gaya Eropa dipertontonkan perancang muda, Rory Wardana. Malam itu, desainer yang sudah malang-melintang di dunia fashion hampir 10 tahun lamanya tesebut mengeluarkan sembilan karya yang dominasi warna hitam dan gold (emas).
Seperti yang terlihat pada busana yang dipakai Sylvia Sutanto. Gadis yang baru saja merebut mahkota Duta Solo Paragon itu mengenakan gaun panjang dengan paduan rok mini bermotif batik. Dan untuk mempertegas kesan nyentrik Rory menambahkan stocking hitam pada rancangannya.
”Saya banyak menambah bulu-bulu, payet, dan aksesoris untuk menambah kemewahan rancangan ini. Ini memberi kesan kalau batik juga bisa dipadukan dengan gaun jenis apapun,” papar Rory di balik panggung catwalk.
Modifikasi
Untuk batik klasik, perancang busana yang sudah puluhan tahun berkecimpung di dunia modelling, Joko Budi Santoso mengeluarkan batik yang usianya sudah lebih dari setengah abad. Motif berjenis parang curiga, parang rusak , dan parang stopres itu dipadukan dengan busana yang formal.
Bagi para desainer tersebut, batik menjadi motif yang tak ada matinya. Selain mampu dimodifikasikan dengan mudah untuk busana formal maupun kasual, batik juga mampu memenuhi area catwalk yang terkesan mewah.
”Kami sangat senang, dengan adanya SBF sebab para desainer Solo mendapat kesempatan untuk menunjukkan koleksinya,” papar Joko Budi Santoso.
Desainer tamu asal Yogyarakarta, Nita Azhar juga turut memuji terselenggarakannya SBF. Alasannnya, SBF mampu menunjukkan sebuah pencitraan batik agar semakin mengemuka. Selain itu, para desainer, pelaku indsutri batik, dan UKM di Solo bisa turut menikmatinya.

Menurut panitia penyelenggara Febri, Solo Batik Fashion sengaja digelar untuk mengangkat kembali kecintaan terhadap busana tradisional Indonesia, terutama kebaya Jawa. Soalnya, sudah sejak dulu kebaya diminati banyak orang. Bukan hanya kalangan pribumi, masyarakat pendatang juga banyak yang suka. Tak heran bila belakangan muncul kebaya peranakan Cina, Melayu, dan Belanda yang lebih sederhana, tapi tetap memikat.
Seiring perkembangan zaman, kebaya terpinggirkan digantikan busana modern ala barat. Itulah sebabnya, kata Febri, perlu ada acara yang bisa mengangkat kembali kebaya yang dulu sering digunakan oleh RA Kartini, Fatmawati Soekarno, dan Tien Soeharto. Panitia berharap, acara ini bisa kembali melahirkan kecintaan kepada kebaya.

0 komentar:

Posting Komentar

Sugeng Rawuh

Sugeng Rawuh

Label Cloud




Statistik


awoencahsolo. Diberdayakan oleh Blogger.